1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1



1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

oleh 
NURMIATI.R

CPG A-7 SD Negeri 008 Taramanu, Kec. Tubbi Taramanu Kab. Polewali Mandar


        Salam dan Bahagia...

Dari pertama membuka LMS hal pertama yang ada dibenak saya bahwa ini adalah sebuah langkah  yang tidak mudah mungkin akan menambah pekerjaan saya membuat saya keluar dari zona nyaman dan akan menguras otak serta tenaga saya. Tapi bukankah ini adalah hal yang dilakukan oleh Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara yang rela keluar dari Zona nyaman untuk memperjuangkan pendidikan yang layak untuk seluruh putra dan putri Indonesia. Ki Hajar rela keluar dari pendidikan yang sedang dia jalani dan diasingkan dari Negeri ini karena kritik yang terus dia lakukan pada bangsa penjajah. Ki Hajar tak berhenti berjuang demi sebuah cita-cita mulia agar negeri ini bebas dari penjajahan dengan jalan memberikan pendidikan yang layak dan adil bagi seluruh putra putri negeri yang kita sama cintai ini.





 Kesimpulan Materi 
    
Pembelajaran 1.a Yakni Mulai dari Diri
            
Hal yang bisa dipetik dalam pembelajaran pertama ini ada tiga yakni 
  1. Tugas Guru itu bukan hanya mengajar melainkan memdidik anak didiknya artinya guru bertugas mengembangkan kompetensi/ skill anak didik sekaligus menanamkan karakter baik dengan tujuan agar anak didik bisa menjadi manusia yang seutuhnya yang merdeka dan berdaya.
  2. Seorang Guru harus berusaha menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan bagi semua anak didiknya dengan memaksimalkan fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di sekolah dan lingkungan sekitar . Kreatifitas dan inovasi seorang guru sangat diperlukan dalam hal ini.
  3. Guru harus keluar dari Zona nyaman seperti Ki Hajar Dewantara yang terus berusaha hanya untuk memperjuangkan hak hak seluruh rakyat Indonesia yaitu Pendidikan yang berkeadilan menjadi manusia merdeka yaitu Selamat raganya dan bahagia jiwanya.
Ada satu kalimat lagi yang bisa saya kutip dari vidio pertama dari modul ini yakni kunci keberhasilan dari penyelesaian modul ini adalah belajar mandiri dan kolaborasi.
   
  Pembelajaran 2.a. Eksplorasi Konsep

        Banyak hal baru yang membuka pikiran saya setelah membaca pembelajaran kedua ini. Tapi saya akan membaginya menjadi beberapa point penting yakni 
  1. Tujuan Pendidikan

        Pendidikan menurut KHD yakni menuntun segala kodrat yang dimiliki anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 
        Pendidikan adalah sebuah tempat tumbuh dan berkembangnya karakter baik anak didik. Sebuah tempat berseminya nilai-nilai kebudayaan serta nilai nilai kemanusiaan.

    2. Asas Pendidikan 

             Asas Pendidikan menurut KHD ada tiga. Di kenal dengan asas Trikon yakni : 

  • Kontinu / berkelanjutan artinya bahwa pendidikan itu harus menuntun peserta didik agar tidak berhenti belajar. Belajar ini sepanjang hayat. Tidak ada kata terlambat apalagi berhenti belajar. Bahkan salah satu ungkapan yang sangat lazim terdengar di telinga kita yakni Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai liang lahad . Anak harus di biasakan belajar tampa mengenal usia agar kelak tetap bisa tumbuh dan berkembang terutama di abad 21 ini
  • Konfergen  artinya bahwa seorang guru harus menuntun anak didiknya dan memberikan pemahaman dan memotivasi anak didik bahwa belajar itu bukan hanya di kelas, melainkan bisa dari berbagai sumber. Mereka bisa belajar di mana saja, kapan saja dan dari mana saja. Belajar itu tidak dibatasi oleh ruang ,waktu dan tempat.  Apalagi di abad 21 ini anak didik bisa dengan mudah mengakses pengetahuan yang ia minati dari internet dan lain sebagainya. Untuk melaksanakan semua itu di perlukan self kontrol dari anak didik. Penanaman karakter / budi pekerti sangat diperlukan dalam proses belajar ini. Hal ini karena ketika anak didik sudah mulai mengakses dunia internet maka akan banyak budaya budaya asing yang mungkin tidak sesuai dengan budaya kita akan memberikan dampak negatif bagi perkembangan karakter anak didik kita. keteladanan dan penanaman kebiasaan kebiasaan baik harus bisa di tanamkan sejak dini. Peran keluarga sangat penting karena keluarga adalan tempat utama dan pertama dalam pembentukan karakter dan watak peserta didik. Keluarga adalah miniatur masyarakat dimana anak mulai belajar mulai berinteraksi dan belajar bersosial. 
  • Konsentris artinya bahwa pendidikan harus mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman dimana anak didik berasal. Pendidikan untuk anak di daerah pegunungan tidak boleh di samakan dengan anak di daerah pesisir karena tantangan hidup yang mereka hadapi akan berbeda. Anak di era tahun 90-an pasti beda dengan anak di era abad 21 ini jadi tuntutan hidup dan tantangan pasti akan berbeda pula.      


  Pembelajaran 2.b. Eksplorasi Konsep- Forum Diskusi

        Pembelajaran selanjutnya adalah forum diskusi. Sebuah tahap pembelajaran dimana pertama kalinya kami dipertemukan dengan orang orang hebat dalam ruang virtual. Fasilitator, Pengajar praktik dan teman CPG lainnya berkumpul jadi satu dalam sebuah forum diskusi dimana kami di latih untuk bisa memberikan perspektif reflektif kritis tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara dalam forum diskusi. Banyak hal yang bisa saya dapatkan dalam forum ini diantaranya pentingnya kolaborasi, sifat Nasionalis, tidak merasa puas dengan ilmu yang dimiliki dan selalu semangat dalam menambah pengetahuan demi sebuah tujuan mulia yakni bagaimana memerdekan diri sendiri dan orang lain.

  Pembelajaran 3. Eksplorasi Konsep

        Pembelajaran 3 ini memberi ruang serta kesempatan untuk berinteraksi dengan para guru hebat yang lainnya yang berasal dari sekolah yang berbeda dan pasti punya pengalaman yang berbeda satu dan yang lainnya. 
        Dari forum diskusi ini muncul beberapa kekuatan sosial budaya yang berasal dari daerah kami yang sejalan dengan pemikiran KHD  diantaranya Silabiparri (gotong royong), Tawe' (Hormat/menghargai) Siri' (malu). Ketiga sifat ini menjadi dasar kami untuk penanaman budi pekerti dan karakter baik anak didik. Sifat Sibaliparri yang diartikan gotong royong bisa diterapkan melalui piket, jum'at bersih, serta kerja kelompok. Sifat Siri yang diartikan sifat rasa malu yang diharapkan menjadi self kontrol anak didik dalam berperilaku dengan orang lain. Malu jika berbuat curang, malu jika datang terlambat, malu jika berkelahi serta sifat sifat negatif lainnya karena akan berdampak negatif bagi orang lain. Sifat Siri ini dapat diterapkan dengan menempelkan poster poster yang mencerminkan pentingnya anak didik memiliki sifat rasa malu dalam berinteraksi dengan orang lain dan juga dengan penyampaian atau teladan langsung dari guru ketika proses pembelajaran dikelas. Sifat Tawe' yang dapat di artikan dengan sifat hormat menghormati dan menghargai orang lain. Dalam Prakteknya sifat Tawe' ini dapat dilakukan dengan meluruskan tangan kanan kebawah dengan badan sedikit membungkukkan badan dan berjalan dengan pelan pelan disertai dengan mengucapkan kata Tawe' ketika kita hendak lewat di depan orang lain tampa melihat usia orang tersebut. Dalam penerapan sifat Tawe' ini di ruang kelas atau disekolah yakni dengan melaksanakan program "Jumpa Tawe' (Jum'at Pagi Tawe") Program yang dilakukan pada setiap Jumat Pagi melakukan aksi tawe' kepada seluruh warga sekolah yang diintegrasikan dengan budaya 5S T (Salam, senyum , sapa, sopan, santun, Tawe

 Pembelajaran 4. Eksplorasi Konsep

        Pembelajaran 4 ini peserta diharapkan bisa mendesain strategis dalam mewujudkan pemikiran KHD- pendidikan yang berihak pada murid sesuai dengan konteks Diri murid dan sosial budaya di daerah asal. Dalam hal ini ada 3 langkah strategis yang bisa dilakukan yakni
  1. Kenali dan klasifikasikan bakat, minat, gaya belajar dan keistimewaan yang dimiliki anak didik (kodtar diri).
  2. Kembangkan dan Inovasikan pembelajaran yang berpihak pada anak didik yang disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman serta dikolaborasikan dengan penanaman kebiasaan kebiasaan, nilai nilai luhur sosila kultural yang ada di darah masing masing anak didik
  3. Mendesain instrumen penilaian yang adil bagi seluruh anak didik. Dalam memberikan penilaian peserta didik seorang guru harus menggunakan instrumen yang berbeda antara satu siswa dengan yang lainnya karena mereka punya keistimewaan masing masing. 
Pembelajaran 5. Elaborasi Pemahaman

    Dalam Elaborasi Pemahaman ada 2 hal penting yang perlu di perhatikan yakni
  1. Menuntun sebagai suatu perwujudannya di dalam konteks sosial budaya di daerah terkhusus di dalam kelas. 
  2. Pendidikan yang yang mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman karena anak itu dilahirkan dengan zaman yang berbeda dan akan menghadapi era yang berbeda pula dan tantangan hidup yang akan dilalui pasti akan dilalui pastinya akan berbeda pula. Oleh karena pendidkan harus bisa menjawab tantangan zaman. Jangan sampai anak merasa menyesal karena setelah sekian tahun mengenyam pendidikan tapi hasinya zero, mereka hanya menjadi budak dan tidak bisa merdeka dalam kehidupan sosialnya. Skill yang mereka dapatkan tidak mampu menjawab tantangan zaman.


REFLEKSI 

        
      Pernah timbul dalam benak saya pribadi kenapa refleksi itu harus selalu dilakukan hanya menambah kesibukan saja. Tetapi setelah saya menjalaninya saya kemudian tidak merasa menyesal telah melakukan semua itu. Dengan refleksi saya bisa menilai sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran, metode dan pendekatan yang saya lakukan. Apakah metode atau stategi ini cocok saya terapkan  pada materi ini dan kelas ini. Dan dengannya saya bisa melakukan beberapa hal kecil untuk kelas saya. 
        Gambaran saya tentang sesuatu yang dulu saya terapkan di kelas dan disekolah tergambar jelas ketika saya mepelajari bab demi bab dari modul ini. Setiap pembelajaran yang telah terselesaikan menyadarkan saya tentang banyaknya kekeliruan yang telah lakukan selama ini selama dikelas dan disekolah meskipun ada juga beberapa kebaikan serta program yang harus saya pertahankan dan kembangkan di sekolah.
    
Diantara gambaran saya yang dahulu yakni 
  1. Guru Mengcopy paste Perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pembelajaran dan juga Penilaian tampa merevisi dan menyesuaikan sesuai dengan kondisi sosial budaya serta kodrat anak
  2. Murid is Zero seperti sebuah kertas kosong yang di isi sesuai dengan keinginan Pendidik dan satuan pendidikan
  3. Murid yang pintar = Murid Unggul= 90 % bisa menjawab soal yang diberikan. Sedangkan murid yang bodoh = yang 40% bisa menjawab pertanyaan dengan benar. 
  4. Menyamakan instrumen penilaian bagi seluruh siswa
  5. Mengajar terkadang hanya untuk menggugurkan kewajiban     
Pandangan saya sekarang yaitu :
  1. Murid itu dilahirkan dengan kodrat masing masing sehingga harus dididik sesuai dengan kodratnya masing masing yaitu kodrat diri, kodtar alam dan kodrat zaman 
  2. Guru harus memaksimalkan fasilitas yang ada di sekolah dan di alam sekitar kita. Jangan karena alasan keterbatasan sarana dan prasarana sekolah menghambat kreativitas guru dan mendesain pembelajaran yang membuat anak didik mendeka belajar
  3. Murid di tuntun dan diberikan motivasi agar bisa belajar secara berkesinambungan dengan memanfaatkan sumber yang ada, tidak terbatas oleh ruang, tempat dan waktu. 


Gambaran yang saya harapkan bisa saya lakukan nantinya ketika berada di sekolah/ ruang ruang kelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara secara konkret sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di kelas dan sekolah yakni :
        Sebelum merancang dan mendesain proses pembelajaran dikelas ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu mengklasifikasikan karakter/ bakat, minat, gaya belajar peserta didik, mendesain dan memilih pendekatan, strategi, dan metode yang akan di pakai dalam proses pembelajaran dikelas, karakter, budi pekerti yang akan di kembangkan dan dibiasakan di ruang ruang kelas, serta penilaian yang akan dipakai dalam menilai hasil belajar anak didik.

    Sebagai Contoh saya akan membagi anak didik dalam 3 kelompok besar yakni anak dengan klasifikasi cerdas Matematis, Logis, cerdas kinektesis dan seni, cerdas verbal linguistik dan interpersonal. 
        Ketiga jenis kecerdasan ini saya analogikan dengan 3 hewan yakni kancil(Riona), Lebah ( Pauli) dan Gajah(Paindo)
 
     Tahap selanjutnya adalah menyusun dan menetapkan langkah langkah pembelajan di kelas dengan mempertimbangkan karakteristik dan aspek Budi Pekerti, nilai nilai sosial budaya. Sebagai contoh dalam materi pengenalan huruf hijaiyyah guru harus memasukkan unsur seni seperti memutar lagu huruf hijaiyyah yang disertai musik dan gerakan sederhana untuk merangsang kecerdasan Si Pauli peserta didik, selain itu guru juga menampilkan slide huruf hijiyyah yang berwarna disertai gambar benda yang menggambarkan huruf hijaiyyah untuk merangsang kecerdasan Si Paindo dan untuk si Riona yang dengan berbagai rangsangan ini maka dia akan lebih cepat paham karena memang dia memang lebih cerdas dari teman-temannya yang butuh latihan yang lebih banyak. Dalam pembelajran ini guru bisa menyertakan  tugas kelompok degan cara pengelompokkan anak untuk menyusun huruf hijaiyyah dengan benar disini bisa kita tanamkan nilai nilai sosila budaya yakni Sibaliparri (Berkolaborasi dalam menyusun huruf hijaiyyah dengan tepat dan cepat), Siri' (jika melakukan kecurangan dalam menyusun) dan Tawe'(menghargai serta menghormati kelompok lain yang mungkin terlambat dalam penyelesaian tugas). Dari sini kita bisa menilai anak dengan semua karakter dan keistimewaan yang dimilikinya.



TERGERAK ... BERGERAK ... MENGGERAKKAN



Komentar