JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.1
Tugas 2.1.a.3 MULAI DARI DIRI
Nurmiati.R CGP angk 7
SD NEGERI 008 TARAMANU
Gambar diatas adalah gambar trapezium usia saya. Garis miring ke atas pada
sisi kiri adalah usia saya dari 0 sampai menyelesaikan masa sekolah pada ujung
garis tersebut. Masa sekolah saya dari usia 6 tahun sampai usia 22 tahun. Saya Tidak Mengikuti Jenjang Tk/ Paud karena saya terlalu cengeng dan tidak mau ditinggal sendiri di sekolah, apalagi sekolah dan rumah saya jaraknya agak jauh. Garis mendatar (tengah), yang menunjukkan usia
kerja saya, dari 22 tahun sampai 60 tahun. Saat ini saya berusia 38 tahun. Garis miring
menurun pada sisi kanan menandakan masa pensiun saya. selisih umur saya saat ini saat peristiwan positif dan negatif terjadi yakni 24 tahun
TUGAS 1.
- Apa peristiwa
positif dan negatif yang saya tuliskan di sana?
Peristiwa Negatif.
Dalam hidup seseorang pasti ada titik dimana dia berbuat sesuatu
yang memiliki Peristiwa yang memiliki dampak negative dalam hidupnya dan Juga
Peristiwa Positif yang menjadi titik balik yang merubah hidupnya menjadi lebih
baik. Begitu
pula dengan saya, memiliki sebuah masa
dimana saya mengalami peristiwa negative dalam hidup saya. Pada masa sekolah
peristiwa negative ini terjadi ketika saya berada pada rentang usia 14-15 tahun
dimana masa ini adalah masa saya mengenyam pendidikan di MTS tepatnya di kelas
2 MTS saat itu saya sering sekali membolos dengan alasan tidak menyukai gurunya
dari pada saya mengantuk di kelas lebih baik saya sekalian membolos. Tapi saya
tidak serta merta langsung pulang kerumah karena takut di marahi sama orang
tua. Saya singgah di salah satu rumah warga kemudian meminjam kaset Disk flim
India yang saat itu memang lagi booming- boomingnya. Hampir semua flim India
yang di bintangi oleh Syahrul khan, dan amir khan saya pinjam. Ini berlangsung hampir
tiap hari tergantung guru yang masuk pada hari itu. Karena kenakalan ini saya
tidak memiliki catatan pelajaran bahkan tidak mengerti dengan pelajaran di
kelas saya. Dan akibatnya ketika ulangan tiba saya menjadi kebingungan
bagaimana menghadapi ujian nantinya. Timbul kemudian niat jahat di hati saya
yakni jalan satu- satunya adalah dengan menyontek. Saya kemuadian meminjam buku
di perpustakaan dan berusaha membawanya ke dalam kelas tampa di lihat oleh
guru.
Alhasil hari pertama, kedua ketiga ulangan saya tidak ketahuan tapi di hari terakhir ulangan ketika pelajaran Fiqih tampa sengaja buku contekan tidak sengaja terjatuh dan ketahuan oleh guru. Guru tersebut kemudian memarahi saya dan membanding-bandingkan saya dengan siswa yang lain. Guru tersebut kemudian mengambil lembar jawaban saya dan menyuruh saya berdiri di depan kelas dan kemudian Guru tersebut memarahi saya dan membiarkan saya terus berdiri sampai jam ulangan selesai. Saya merasa sangat malu pada saat itu. Timbul kebencian yang teramat sangat pada guru tersebut karena telah mempermalukan saya begitu dalam pada saat itu padahal bukan hanya saya yang menyotek. Banyak teman saya yang lain yang menyontek meskipun tidak ketahuan. Sejak saat itu saya menjadi rendah diri dan malu menonjolkan diri di kelas. Saya menjadi pasif di kelas. Hanya mendengarkan dan mengerjakan tugas. Tidak berani mengungkapkan pendapat saat pembelajaran dikelas.
Pada saat
ulangan cawu III selesai saya mendapatkan Rangking paling belakang. Mungkin
peristiwa tersebut sampai di telinga semua guru jadi semua guru memberikan
nilai rendah kepada saya. Saya kemudian merasa sangat menyesal atas kejadian
ini dan berjanji pada diri saya untuk berubah tapi rasa benci pada guru
tersebut masing terus ada saya belum bisa memaafkan
guru tersebut. Barulah setelah penammatan saya sudah bisa berdamai dengan diri
saya dan memaafkan guru tersebut.
Peristiwa Positif Yang Saya Alami
Dari kejadian yang saya alami di kelas II MTS tersebut
di Kelas III menjadi titik balik dalam hidup saya. Karena stempel sang
penyontek sudah melekat pada diri saya sehingga banyak guru yang kemudian tidak
mempercayai saya. Dan juga saya menjadi tidak percaya diri untuk muncul di
depan kelas atau sekedar tunjuk tangan untuk menjawab soal yang diberikan oleh
guru. Saya hanya menjawab soal yang berikan guru dan menyelesaikan tugas dengan
semaksimal mungkin. Tapi itu belum merubah image saya di hadapan guru dan teman
yang lainnya. Terutama ketika ulangan tiba.
Sampai pada titik ketika Ujian Nasional akan di
laksanakan. Saya menyadari bahwa ini adalah jalan terakhir di mana saya bisa
menghapus gelar tukang nyontek yang telah melekat pada diri saya. Saya harus
membersihkan nama saya dan menggantinya dengan Image yang lebih baik. Orang tua
saya tidak boleh merasa malu karena kesalahan yang saya lakukan dahulu. Saya kemudian meminjam buku di perpustakaan dan
membuat ringkasan materi dari kelas 1 sampai kelas 3 untuk semua mata
pelajaran. Saing malam saya lalui dengan membuat ringkasan materi. Dari ringkasan
ini kemudian saya pelajari sepanjang waktu sampai tengah malam. Bahkan saya
dengan sengaja tidak memakai kelambu, dan tidak membakar obat nyamuk supaya
tidur saya tidak lelap sehingga saya bisa bangun di tengah malam karena gigitan
nyamuk tersebut. Akhirnya harapan saya terkabul di saat ujian nasinal saya
berhasil meraih nilai tertinggi tingkat kecamatan campalagian dan luyo untuk
ujian tingkat MTs. Saya kemudian
mendapat pengakuan. Saya menjadi kebanggan guru dan sekolah karena berhasil
meraih nilai tertinggi pada EBTA dan
EBTANAS. Dan berhasil masuk SLTA favorit tampa tes. Dan sejak saat itu saya tidak pernah keluar dari 4 besar di
SLTA
2.
Selain
saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa
tersebut?
Dalam
peristiwa negatif yang saya alami ada teman yang biasa saya temani membolos, pembelajaran
guru yang kurang menarik terutama di jam jam terakhir, guru yang kemudian
mempermalukan saya karena kesalahan saya dan juga orang tua yang kurang
mengontrol terlalu mempercayai saya sehingga memberikan ruang saya untuk memilih
membolos untuk menonton flim. Sedangkan dalam peristiwa bernuansa positif yang
saya alami, ada keterlibatan orang tua dimana saya tidak mau lagi menghianati
kepercayaannya kepada saya, dan teman
baik saya yang terus menemani saya dalam suka dan duka serta pegawai
perpustakaan yang memfasilitasi saya dengan buku-buku pelajaran yang ingin saya
pelajari.
3. 3. Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga
sekarang? (silakan gunakan roda emosi Plutchik di Gambar 2 untuk
mengidentifikasi persisnya perasaan Bapak/Ibu di masa itu)
Pada Peristiwa negatif saya merasa sangat marah, kecewa, jengkel dan muak
akan semuanya. Saya tau saya salah karena sering membolos dan pada akhirnya
menyontek. Tapi bukankah guru tersebut juga salah, mereka memberikan pelajaran
yang membosankan, membuat saya tidak tertarik dan akhirnya mengantuk di kelas lalu
kemadian memutuskan untuk membolos pada beberapa pelajaran. Toh saya masih
mengikuti pelajaran yang menurut saya menyenangkan karena sikap guru dan cara
pemberian materi yang menarik bagi saya. Tapi kemudian semua kesalahan di ditimpahkan
kepada saya. Saya merasa sangat dipermalukan padahal bukan hanya saya yang
menyontek, saya terus dimarahi dan tidak ada kesempatan untuk membela diri, Inikan
juga karena saya pernah melihat teman saya yang menyontek dan akhirnya bisa
masuk ke tiga besar peringkat kelas. Saya merasa semua tidak adil kepada saya. Timbul
kemudian rasa benci kepada guru tersebut. Karena peristiwa ini sampai sekarang
saya tidak berani mengungkapkan perasaan saya kepada orang lain secara lantang.
Pada peristiwa positif saya menyadari akan kemampuan saya dan yang
terpenting ketika kita mau berusaha semaksimal mungkin maka semua harapan kita
akan tercapai. Sebuah proses tidak akan menghianati hasil. Kita tidak akan tau
kemampuan kita yang sebenarnya jika kita tidak berusaha semaksimal mungkin dalam belajar. Dan
bahwa setiap kejadian yang kita alami adalah sebuah proses pendewasaan selama
kita mau berubah ke arah yang lebih baik. Kita tidak boleh putus asa.
- Mengapa momen yang
terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat
memengaruhi diri saya di masa sekarang?
Karena pada masa ini
merupakan titik balik kehidupan yang saya alami. Dari kejadian negatif saya
menyadari bahwa kita tidak boleh membenarkan kesahalahan yang kita lakukan. Kita
harus mengakui kesalahan kita tampa menyalahkan orang lain. Dari sini kita baru
bisa berdamai dengan diri kita, rasa benci dan marah akan hilang dengan
sendirinya jika kita melakukan ini. Dan dari peristiwa negatif ini terjadi
perubahan besar dalam hidup saya. Saya mengetahui bahwa setiap orang punya
kemampuan yang dimilikinya dan kemampuan itu akan terus berkembang jika dia
tidak berhenti belajar. Jatuh 7 kali bangkit 10 kali. Kita yakin bahwa batu itu
bukan pecah karena kerasnya pukulan tapi karena kita terus menerus berusaha
memecahkannya. Kita tidak tau pada pukulan ke berapa batu akan pecah tapi
yakinlah ketika kita terus memukulnya maka batu tersebut akan pecah.
- Pelajaran hidup
apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait
peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya?
Dari diagram trapesium usia dan roda emosi saya menyadari bahwa akan ada
suatu titik balik dalam hidup seseorang yang akan mengubah hidupnya. Peran guru
terutama orang tua sangat mempunyai pengaruh dalam proses titik balik ini. Kita
tidak tau anak yang mana yang akan membanggkan kita di kemudian hari. Apakah anak
yang penurut atau justru anak yang terkenal pembangkan. Kita tidak tau masa
depan anak akan menjadi apa nantinya. Karena akan ada masa anak akan berubah
menyadari kesalahan yang di perbuatnya dan menjadikannya semakin dewasa dan
menjadi cambuk untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Oleh sebab itu sebagai guru kita harus bisa memotivasi murid dan memberinya
stempel nakal. Kita harus mempercayai mereka bisa berubah menjadi lebih baik. Guru
harus lebih empati dan resfek terhadap anak didik sehingga tidak terjadi
perbuatan negatif yang akan memberikan dampak buruk bagi perkembangan mental
dan emosi anak didik.
6. Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini
sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru",
"murid", "belajar", "makna", "peran"?
Bagi saya guru itu
harus mempunyai semangat dan dedikasi yang tinggi untuk murid dan pekerjaannya
serta keberanian untuk terus berinovasi , bergerak bersama untuk bisa
menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi murid muridnya
sehingga dengan demikian perannya sebagai pencetak generasi yang
memiliki profil pelajar pancasila bisa di laksanakan.
Tugas 2 Nilai
dan Peran Guru Penggerak menurut Saya
1.
Nilai-nilai dalam
diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas
sekolah saya adalah
a.
Saya adalah seorang
yang punya semangat tinggi dan pantah menyerah. Motivasi yang tinggi dalam melakukan
suatu hal, baik dalam pembelajaran maupun dalam interaksi di luar kelas. Ketika
saya diberikan amanah untuk mengemban suatu tugas saya akan berusaha semaksimal
mungkin untuk menyelesaikannya. Dengan demikian, saya berharap semangat juang
dan pantang menyerah serta motivasi saya
dapat menular ke peserta didik, rekan guru dan komunitas sekolah di sekolah
saya.
b.
Saya mampu bekerja sama
dan menghargai pendapat orang lain demi kemajuan bersama. Sehingga saya harap
semua rekan guru dapat menghargai orang lain juga demi kepentikan murid
c.
Saya tidak suka
melihat teman saya kesusahan. Saya akan berusaha membantu mereka dengan
kemampuan yang saya miliki.
2.
Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan
guru, dan komunitas sekolah saya?
a. Saya selalu berusaha menjadi pendengar yang baik bagi peserta
didik saya. saya selalu berusaha meluangkan waktu untuk mendengar keluh kesah
serta luapan perasaan mereka dirumah dan di sekolah bisa di ceritakan secara
bebas kepada saya.
b. Saya selalu berusaha memberikan motivasi kepada anak didik dan
juga teman sejawat saya. Dalam hidup pasti akan ada saja masalah yang kita
hadapi tapi janganlah menyerah karena masalah itu. Ketika kita memutuskan
menyerah kita tidak tau seberapa dekat kita dengan keberhasilan.
c. Saya selalu berusaha berkolaborasi dalam menjalankan pendidikan
di sekolah, saling mengingatkan dan saling memotivasi untuk terus belajar dan
mengembangkan kemampuan serta memecahkan masalah yang ada pada anak didik.
Komentar
Posting Komentar