Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?
Di awal modul pembelajaran guru penggerak yakni Modul 1.1 tentang filosofi Ki Hajar Dewantara di jelaskan bahwa Tujuan Pendidikan itu adalah menuntun segala kodrat anak agar dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi tingginya. Menjadi manusia yang merdeka yang memiliki karakter kuat serta berbudi pekerti luhur yang sesuai dengan pancasila. Oleh sebab seorang guru diharapkan bisa menjalankan tugasnya dengan menerapkan prinsip sebagai coach agar nantinya bisa menuntun murid untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi/ kodrat yang dimiliki murid melalui pendekatan, pembiasaan serta lingkungan yang kondusif sehingga bisa menjadikan murid menjadi manusia yang merdeka serta mencapai keselamatan dan kebagagiaan baik dalam kehidupannya sebagai manusia manupun sebagai anggota masyarakat.
Dalam modul 2 ini ada banyak hal yang menjadi sebuah pengalaman baru yang luar biasa serta tantangan tersendiri bagi kami dalam membuat dan merancang proses pembelajaran. Pemikiran kami terkoneksi dengan berbagai pemahaman yang sudah ada sebelumnya. Ternyata inilah yang dimaksud dengan membelajarkan anak sesuai dengan kodratnya, yakni dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Diawal waktu kami membuat aksi nyata terkait pembelajaran yang berpihak kepada murid kami hanya fokus bagaimana agar proses pembelajaran itu lebih variatif. Ada beberapa langkah yang kami lakukan yakni dengan menyisipkan permainan dalam proses pembelajaran seperti memainkan permainan engklek dan menyusun kalimat/menuliskan kalimat. Jadi intinya adalah bagaimana memberikan pembelajaran yang bermakna dan juga menyenangkan. Tapi dalam prosesnya belum ada pemetaan kesiapan murid, minat dan profil belajar murid. Meskipun terlihat samar tapi ada perbedaan dalam pola perlakuan yang dilakukan guru terhadap murid. Meski kami sudah membelajarkan siswa sesuai dengan kodratnya yakni dengan menggabungkan visual/ auditorial/ dan juga kinektesis dalam proses belajar mengajar dikelas.
Barulah setelah belajar modul 2 ini kami memahami bahwa pemahaman awal kami ketika belajar modul 1 itu meski tidak salah tapi belum sepenuhnya benar, terutama dalam penerapannya dan perlakuan terhadap setiap murid. Dengan Modul 2 ini kami semakin paham bahwa guru harus betul betul memahami murid baik dari segi kesiapan, minat maupun profil belajar murid agar nantinya guru bisa merancang dan membuat konten, mendesain kegiatan pembelajaran dan LKPD yang betul betul sesuai dengan kodrat peserta didik. Agar mereka bisa merasa nyaman, aman, senang dan tertantang dengan proses pembelajaran yang dialaminya dikelas. Budaya positif yang dirancang bisa membantu murid untuk mengembangkan kompetensi sosial emosionalnya dalam beriteraksi dengan lingkungannya. Dan ini akan menjadi bekal bagi murid dikemudian hari ketika mereka sudah berada dilingkungan masyarakat yang lebih kompleks.
Dengan keterpaduan antara pembelajaran diferensiasi dan PSE ini diharapkan menjadi sebuah kombinasi yang luar biasa dalam usaha untuk memperikan pembelajaran yang terbaik buat murid murid kita. Dan sebagai pelengkapnya adalah dengan pendekatan coaching.
Di dalam proses coaching diharapkan terjadi sebuah proses menuntun yang dilakukan oleh seorang coach (guru) kepada coacheenya (murid) untuk menemukan dan menumbuhkan kodrat (potensi) agar cochee bisa menjalani kehidupan sesuai dengan kodrat/ potensinya. Dengan Kodrat/potensi itu cochee bisa hidup sesuai dengan kondisi alam dan kondisi zaman dimana dia berada. Ketika cochee bisa bekerja sesuai dengan kodratnya maka dia akan bisa menghadapi segala tantangan yang dihadapinya baik itu tantangan alam maupun tantangan zaman dimana dia berada. Orang akan merasa bahagia jika pekerjaan itu sesuai dengan minat dan potensinya. seberapa susah atau seberapa berat pekerjaan itu itu hanya menjadi sebuah tantangan yang menarik untuk diselesaikan karena proses yang dijalani itu menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi sang cochee.
Seorang yang memang suka berpetulang tidak akan bisa maksimal bekerja di balik komputer. Begitu pula seseorang yang suka tampil bercerita didepan umun tidak akan maksimal jika harus berada dibalik layar demikian juga sebaliknya yang suka dibalik layar tidak akan bisa berada diatas panggung. Jika dipaksakan maka hasilnya tidak akan memuaskan. Mungkin pekerjaan itu dilakukan tapi dalam keadaan terpaksa, karena tuntutan keprofesionalan maka itu dilakukan tapi itu tidak membawa kebahagiaan bagi orang tersebut dan akibatnya akan timbul stress.
Dalam proses coaching ini sang coach juga bertindak sebagai pamong mengajukan pertanyaan efektif dan reflektif untuk menggali segala potensi yang dimiliki murid. Dengan pertanyaan tersebut coachee kemudian bisa menemukan sendiri solusi permasalahan yang dihadapinya. Coach tidak diharapkan memberikan solusi kepada coaheenya. Solusi itu muncul sendiri dari coachee sendiri dari pertanyaan yang berbobot yang diajukan sang coach.
Keterkaiatan Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi.
Terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi pada modul 2.2, pemahaman awal saya bahwa pembelajaran berdifensiasi adalah model pembelajaran baru seperti halnya pembelajaran inquiry atau pembelajaran contekstual, tetapi ternyata yang dimaksud pembelajaran berdiferensiasi disini bukanlah sebuah model pembelajaran melainkan sebuah proses dimana guru membuat sebuah rancangan pembelajaran yang bisa mengakomodir semua kubutuhan yang peserta didik miliki. Perlu dipahami bahwa setiap murid yang ada dikelas kita itu mempunyai karakteristik yang unik yang berbeda dengan satu dan yang lainnya sehingga mereka tidak boleh diberikan perlakuan yang sama. Mereka harus diperlakukan berbeda, cara mereka belajar harus disesuaikan dengan kodrat yang mereka miliki. Dengan mengetahui kodrat/ karakteristik murid, guru bisa merespon setiap perbedaan yang murid miliki.
Banyak guru yang mengabaikan hal ini termasuk juga kami pribadi. Kami kurang memahami dan terkadang cuek dengan karakteristik peserta didik. Kami terkadang disibukkan dengan mencapai target kurikulum jadi fokus kami bagaimana menyelesaikan pelajaran, fokus pada materi itu harus tuntas diakhir semester. Padahal guru seharusnya memahami murid secara terus menerus serta membangun kesadaran diri setiap murid tentang potensi /kekuatan serta kelemahan yang mereka miliki. Dan kesadaran bahwa teman mereka punya kekuatan dan kelemahan seperti yang mereka punya tapi mungkin berbeda. Sehingga mereka bisa menghargai setiap perbedaan yang ada diantara mereka. Disamping itu guru juga mengamati dan merespon kesiapan belajar dan juga profil belajar murid. Sehingga guru bisa betul betul memahami murid dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang tepat untuk merespon tumbuh kembang murid agar bisa berkembang secara maksimal.
Dalam usaha mencari tau kesiapan,minat serta profil belajar murid, guru diharapkan secara aktif dan kreatif mencari cara atau metode untuk dapat menstimulus dan mengeksplor kemampuan diri murid yang kaitannya dengan proses menyelesaikan masalah- masalah pembelajaran yang dihadapinya agar dapat menggali potensi dan menemukan sendiri solusi permasalahan yang dihadapi murid itu sendiri.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru didalam melaksanakan proses coaching. Yang pertama menetapkan tujuan terlebih dahulu, hal ini agar nantinya guru bisa lebih fokus,lalu kemudian mengidentifkasi masalah dengan mengajukan pertanyaan berbobot yang akan bisa menggali kekuatan murid sehingga murid tersebut mampu membuat rencana aksi dan dapat memberdayakan kekuatan yang dimiliki oleh murid sehingga pada akhirnya ia bisa mengambil sebuah keputusan dan komitmen yang bertanggungjawab terhadap aksi yang akan dilakukannya.
Keterkaitan Coacing dengan Pembelajaran Sosial Emosional
PSE adalah adalah salah satu pembelajaran yang tidak kalah pentingnya seperti hanya pembelajaran berdiferiansi. Bahkan PSE menurut pemahaman kami adalah penentu dari keberhasilan proses pembelajaran dan proses mendidik dan menuntun murid agar menjadi pribadi yang mendeka. Karena dalam PSE ini anak akan di tuntun agar memiliki kemampuan dalam bertahan dalam menghadapi permasalahan serta mereka mampu mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Karena setiap langkah yang kita lakukan pasti akan ada saja masalah atau hambatan yang akan menghalangi. Tapi dengan PSE murid akan mampu punya kontrol/ kendali diri serta mereka mampu menempatkan diri dalam lingkungannya, dan akhirnya bisa mengambil keputusan dan berkomitmen atas perbuatan yang dilakukannya. Sehingga nantinya keputusan tersebut tidak akan merugikan dan menyinggung orang lain karena murid sudah memikirkan dengan baik dampak dari keputusan tersebut. PSE mengajarkan murid agar menjadi manusia/pribadi yang baik yang mampu menyeimbangkan antara kemampuan personal dan kemampuan bersosial sehingga bisa mengantarkan menjadi orang yang sukses baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.
Posisi guru dalam kaitannya denga proses coaching dan PSE yakni guru berperan sebagai relasi murid agar murid bisa secara terbuka menceritakan semua hal yang dihadapinya. Dengan keterbukaan ini guru bisa menuntun murid untuk menemukan potensi yang dimilikinya. Guru bisa memberikan pertanyaan terbuka terkait beberapa permasalahan, mengidentifikasi akar permasalahan dan yang terpenting adalah menemukan solusi serta alternatif lain yang bisa dilakukan jika beberapa solusi kurang efektif. Guru bisa menggali lebih dalam kemampuan murid tersebut agar nantinya murid bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri dan mandiri tampa harus bergantung kepada orang lain. Pemberian pemahaman bahwa mereka punya potensi dan kekuatan dan hanya mereka sendiri yang bisa menyelesaikan masalahnya. Penyelesaian terbaik dari masalah yang mereka hadapi itu berasal dari diri sendiri bukan dari orang lain karena yang mengetahui baik buruknya sesuatu, untung ruginya hanyalah diri mereka sendiri.
Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?
Coaching adalah hubungan kemitraan dengan klien dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu pemikiran, untuk memaksimalkan potensi dan keprofesionalan klien. Dalam prosesnya coaching itu menuntun coachee untuk menemukan sendiri ide atau cara yang baru untuk mencapai tujuan atau mengatasi tantangan atau permasalahan yang dihadapi dalam proses mencapai tujuan. Dengan paradigma berfikir coaching (Fokus pada coachee, bersifat terbuka dan ingin tahu lebih banyak,memiliki kesadaran diri yang kuat dan membantu coachee untuk melihat ide/cara/ peluang baru), 3 prinsip coaching (Kemitraan, Percakapan kreatif, memaksimalkan potensi) serta alur yang digunakan dengan menggunakan alur tirta diharapkan dapat membantu semua unsur yang ada di sekolah atau dilingkungan kerja dalam tugasnya sebagai seseorang pemimpin pembelajaran.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita harus mengetahui kompetensi mendasar dari proses coaching yakni kehadiran penuh(presence), mendengarkan dengan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot agar nantinya setiap coachee bisa menemukan dan mengembanhkan potensi serta mampu menyelesaikan permasalahan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan kemampuan presence seorang pemimpim pembelajaran bisa membuat coachee bisa lebih terbuka serta bisa memunculkan minset dan kompetensi yang lain yang dimiliki coachee. Ketika presence sudah ada maka yang dibutuhkan kemudian adalah mendengarkan dengan aktif agar coach bisa mengetahui, memahami maksud serta memaknai kata kata yang tersirat dari sang coachee.
Beberapa hal yang perlu dihindari ketika melakukan proses ini ada 3 yakni
- asumsi (Sudah mempunyai anggapan tertentu terhadap situasi yang dihadapi)
- Judgment / Melabeli artinya kita sudah memberikan label pada seseorang dalam situasi tertentu
- Asosiasi yakni mengaitkan dengan pengalaman pribadi.
Kemudian tahapan akhir dari proses coaching tahapan TIRTA meski kita bisa melakukannya tampa harus fokus pada alur TIRTA tersebut karena sejatinya proses coaching itu adalan menuntun coachee untuk menemukan sendiri ide/cara untuk mencapai tujuan dan mengatasi masalah yang mungkin terjadi ketika kita berusaha mencapai tujuan tersebut. Namun untuk lebih memperlancar alur coaching maka alur TIRTA bisa digunakan.
Adapun Alur TIRTA yang dimaksud adalah
- Tujuan (menyepakati topik dan hasil dari pembicaraan yang dilakukan)
- Identifikasi (menggali dan memetakan situsi saat ini dan kemudian menghubungkan dengan fakta fakta yang ada)
- Rencana Aksi (mengembangkan ide/cara untuk alternatif pemecahan masalah yang dihadapi)
- Tanggung Jawab (Berkomitmen akan langkah yang akan dilakukan selanjutnya)
Alur Tirta dalam coaching dilakukan dengan prinsip merdeka belajar yakni setiap orang diberikan keleluasaan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan memanfaatkan potensi dan kekuatan yang dimilikinya karena setiap situsi yang dihadapi baik itu murid atau guru yang harus menyelesaikannya adalah mereka sendiri agar mereka masalah itu bisa terselesaikan tampa menimbulkan masalah baru lagi dan ini akan mengantarkan mereka menjadi orang yang sukses karena telah mampu melalui tahap serta tantangan hidup yang dihadapinya. Dan inilah kemerdekaan yang sejati yakni bisa menyelesaikan tantangan yang diberikan kepada kita karena kebahagiaan sejati hanya kita bisa rasakan ketika kita berhasil melalui tantangan atau masalah yang kita hadapi.
(Nurmiati. R-CGP angt 7- SD Negeri 008 Taramanu)
Komentar
Posting Komentar