Refleksi Dwi mingguan Modul 2.2
Melalui PSE ini saya dapat mengetahui bahwa untuk menjadi seorang
manusia yang merdeka harus punya 5 keterampilan sosial emosional. Tujuan pendidikan
yakni menuntun segala kodrat murid untuk mencapai kebahagian dan keselamatan.
Ada dua hal disini yang saya garis bawahi yakni Menuntun Kodrat anak
yakni dengan melakukan pembelajaran berdiferensiasi yakni membelajarkan murid
kita sesuai dengan kebutuhan belajarnya, menilai mereka sesuai dengan profil
dan minat belajarnya. Karena setiap anak itu hebat sesuai dengan cara seorang
guru memberikan penilaian. Pendekatan atau cara guru menilai yang sesuai dengan
keunikan dan kecenderungan minat murid itu akan membuat semua murid bisa
menampakkan kehebatannya masing masing. Cara menilai Anak yang gemar menulis
haruslah berbeda dengan anak yang suka menggambar karena mereka memang
dilahirkan berbeda anak tidak bisa dipaksa untuk bisa menulis atau berbicara
didepan umum karena jika dipaksakan maka hasilnya tidak akan maksimal dan
mereka tidak akan nyaman dalam proses pembelajaran.
Hal kedua yang saya garis bawahi adalah mencapai kebahagian dan
keselamatan. Kami menyimpulkan untuk mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan murid kita harus
bisa mencipkatan sebuah proses pembelajaran yang nyaman, aman dan menyenangkan.
Karena tampa ini tidak mungkin kebahagiaan dan keselamatan bisa terwujud.
Lantas bagaimana cara mewujudkan proses pembelajaran yang nyaman, aman dan
menyenangkan itu ? jawabannya adalah dengan menerapkan PSE dalam setiap
pembelajaran.
Apa itu PSE ? Pembelajaran sosial emosional dapat dibagi dalam 5 komponen
yaitu: - Kesadaran diri - Pengelolaan diri - Kesadaran sosial - Kemampuan
berinteraksi sosial - Pengambilan keputusan bertanggung jawab
Pembelajaran
Sosial Emosional akan memberikan dampak yang positif bagi murid bagaimana
mereka dapat menumbuhkan kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial,
kemampuan berinteraksi sosial dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.
Hal ini juga dapat menciptakan suasana atau kondisi yang lebih aman, nyaman dan
menyenangkan baik dalam lingkungan kelas maupun di lingkungan sekolah karena
adanya kesadaran dalam menghargai diri sendiri, orang lain, dan juga
lingkungan.
Ada 4 indikator pembelajaran sosial dan emosional yang berkaitan dengan
kelas dan sekolah, yaitu:
1. Pengajaran eksplisit.
2. Integrasi dalam praktek
mengajar guru dan kurikulum akademik
3. Penciptaan iklim kelas dan budaya
sekolah
4. Penguatan KSE pendidik dan tenaga
kependidikan (PTK) di sekolah
Berikut langkah-langkah yang dapat
dilakukan untuk memperkuat pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah:
1. Memodelkan
(menjadi teladan):
Mendorong
pendidik dan tenaga kependidikan dalam menjadi teladan dalam penerapan
PSE di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga murid, mitra komunitas,
dan satu sama lain.
2. Belajar:
pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional
pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan kompetensi sosial
dan emosional.
3. Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas
pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga
kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk
mempromosikan KSE di seluruh sekolah.
Dengan penerapan PSE ini diharapkan dapat mewujudkan proses
pendidikan yang nyaman, aman dan menyenangkan bagi seluruh stakeholder yang ada
disekolah.
Modul
ini menjadi sangat menarik dan begitu komplex karena PSE ini melibatkan emosi
di dalamnya, bagaimana seseorang belajar untuk menyadari diri, mengontrol
emosi, bagaimana menumbuhkan empati dan bagaimana bersosial serta bagaimana
mengambil sebuah keputusan yang bijak untuk semua orang yang terlibat
didalamnya.
PSE
ini adalah jawaban serta keterlanjutan dari bagaimana menerapkan busaya positif
disekolah. kesepakatan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya menjadi lebih
mudah diterapkan ketika semua pihak menerapkan PSE ini ini sekolah. Karena
dengan PSE ini seseorang bisa mengendalikan diri dari setiap perilaku atau
tindakan yang dia ambil ketika berinteraksi dengan orang lain. Serta bagaimana
dia bersikap dan bersosial dengan temannya yang lain ketika dalam diskusi atau
dalam tugas proyek yang diberikan. Serta bagaimana dia mengambil sebuah
keputusan yang bijak serta bagaimana dia bisa bertanggujawab atas setiap
tindakan yang dia lakukan. Manusia tidak lepas dari kesalahan tapi bagaimana
dia bisa bijak serta bertanggungjawab dalam mengatasi masalah yang bisa membuat
semua orang yang terlibat didalamnya bisa merasa nyaman dan bahagia dengan
keputusan tersebut. Dengan tindakan itu tidak ada yang tersakiti dan merasa
dirugikan. Inilah mengapa saya mengatakan bahwa PSE ini sangat menarik dan
begitu penting untuk dipahami oleh pendidik khusunya CGP agar nantinya bisa
diterapkan disekolah masing masing.
Ketika
sesi ruang kolaborasi saya menyadari begitu banyak hal yang perlu saya
pelajari, begitu klisenya saya yang menganggap bahwa selama ini saya sudah
melakukan sesuatu yang baik bagi peserta didik saya. Berbagai teknik yang baru
pertama saya dengar ternyata sangat mengasyikkan untuk dilakukan di dalam
kelas, bukan hanya siswa yang senang melainkan semua yang terlibat dalam proses
ini. Saya banyak berselancar di dunia maya, di youtube, serta artikel artikel
yang memberikan saya pelajaran bahwa begitu banyak yang tidak saya lakukan,
begitu banyak yang perlu saya perbaikididalam menyusun rencana pembelajaran. Kolaborasi
dalam menyelesaikan tugas di Rukol sesi 1 dan 2 membuka ruang bagi kami untuk
berbagi ide dan pendapat untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan karya
terbaik untuk kami tampilkan di ruang kolaborasi sesi 2. Banyak pikiran ide
yang tercetus beberapa otak digabung dalam satu visi yakni bagaimana penerapan
PSE di kelas yang tertuang dalam Rencana Pembelajaran yang bisa menghasilkan
seseuatu yang luar biasa bagi saya.
Dalam
proses PSE ini ada banyak hal yang perlu saya perbaiki karena saya menyadari
meskipun saya sudah lama menjadi seorang guru tapi sebagai manusia kadang saya
meluapkan emosi saya kepada peserta didik. Kondisi serta kesibukan yang saya
hadapi serta tumpukan tugas yang harus saya selesaikan terkadang sangat
berpengaruh pada proses pembelajaran yang saya terapkan dikelas saya. saya
terkadang biasa hanya membagikan buku LKS kepada peserta didik meminta membaca
dan menjawab soal didalamnya. Dan kemudian saya sibuk dengan tugas saya yang
harus saya selesaikan. Tugas yang menjadi tugas tambahan di sekolah sebagai
bendahara terkadang menyita banyak waktu terutapa saat proses pelaporan.
Kondisi sekolah yang mengharuskan PNS yang bisa IT untuk emnjadi seorang
bendahara menjadikan saya harus mengemban tugas ini dan ini menjadi tambahan
tugas yang banyak menyita waktu saya. untuk itu saya perlu banyak belajar serta
memahami bagimana PSE ini bagaimana saya mencari tau teknik teknik yang bisa
dilakukan dalam menerapkan PSE ini dikelas, belajar bagaimana merancang
pembelajaran yang berisi tentang bagaimana pembelajaran itu berpihak kepada
anak serta bagaimana pembelajaran itu bisa melatih PSE ini pada murid yang ada
dikelas.
Kesadaran
akan tugas dan tanggungjawab yang kami pilih yakni menjadi seorang guru menjadi
satu hal dimana kami harus terus belajar dan mengembangkan diri dan kompetensi
yang harus kami penuhi sebagai seorang guru. Kami berbeda dengan profesi yang
lain. Masa depan generasi bangsa ada ditangan kami. Bagaimana kami mendidik
serta bagaimana proses pembelajaran yang kami terapkan dikelas kelas kami akan
menjadi bekal mereka ketika murid berada di lingkungan masyarakat. Cara guru
menyelesaikan tindakan tindakan negatif yang terkadang murid lakukan dikelas
akan menjadi memori yang tertanam bagi murid. Ketika murid situasi yang sama
maka murid akan menampilkan kondisi yang sama yang pernah dia dapatkan ketika
kecil. Pembelajan sosial emosional yang mereka dapatkan semasa sekolah akan
menjadi patokan mereka dalam mengambil sebuah tindakan atau kondisi yang sama.
Apalagi
sebagai CGP yang mempunyai salah satu perannya sebagai coach bagi guru lain
mempunyai peran dalam menyampaikan, menggerakkan serta mensosialisasikan semua
hal yang kami dapat dalam setiap modul yang kami pelajari dalam program ini.
Begitu banyak tantangan yang kami hadapi mulai dari bagaimana mengubah mind set
semua pendidik dan tenaga kependidikan yang ada disekolah serta dikomunitas. Karena
untuk bisa berubah kita harus satu persepsi. Paradigma berfikir kita harus satu
visi dan satu misi yakni untuk mewujudkan manusia merdeka. Perbedaan yang ada
disekolah dijadikan sebagai peluang dalam merancang strategi pembelajaran yang
efektif serta inovatif bagi perkembangan anak didik kita.
Saya
menyadari dari awal pembelajaran pada program CGP ini bahwa sebuah jawaban dari
modul sebelumnya. Pertanyaan dari modul 1 dijawab oleh modul 2. Pada saat
mempelajari modul 1.4 tentang Budaya Positif timbul pertanyaan dalam diri saya
bahwa bagaimana keterlanjutan penerapan kesepakatan kelas dan kesepakatan
sekolah yang telah dibuat di sekolah. Strategi apa yang harus dilakukan sekolah
atau guru dalam menciptakan budaya positif ini. Bagaimana seharusnya guru
bersikap dalam menghadapi keragaman peserta didik, dari segi watak, minat serta
semua keunikan anak didik yang ada dikelas.
Komentar
Posting Komentar